Post tulisan saya kali ini saya dapat dari sebuah artikel di detik.com. Yang akan dibahas adalah
mengenai uang, sesuatu yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Sesuatu yang
dicari oleh masyarakat setiap hari. Uang
adalah prioritas utama untuk menjalani hidup. Karena dengan uang kita bisa
membeli kebutuhan kita sebagai manusia. Berikut adalah isi dari artikel tersebut :
Uang Bukan Segalanya ?
Jakarta -Ada yang mengatakan bahwa uang bukanlah segala-galanya,
akan tetapi banyak dari segala-galanya di jaman sekarang ini yang butuh uang.
Biaya hidup yang semakin mahal, biaya pendidikan yang akan naik gila-gilaan
bisa mencapai Rp 1,5 miliar sampai Rp 4,5 miliar (hanya untuk biaya kuliah aja
lhooo), dan biaya pensiun yang juga tidak kalah banyaknya (30 tahun lagi butuh
antara Rp 15 miliar sampai Rp 60 miliar tergantung gaya hidup dan biaya hidup).
Yeees, di zaman yang maju sekarang, tidak bisa dipungkiri dan dielakan,
sepertinya banyak yang memang bisa diselesaikan dengan uang. Meskipun banyak
juga yang katanya tidak bisa dibeli oleh uang.
Akibatnya, semakin banyak juga manusia yang seperti “mendewakan” uang. Munculah
“penyakit-penyakit” baru yang berhubungan dengan uang, antara lain Shopaholic
alias “penyakit” gila belanja.
Berdasarkan pengalaman melayani nasabah/klien yang punya masalah inilah, yang
memicu saya selama 3 tahun terakhir ini untuk mendalami ilmu tentang otak
manusia dan alam bawah sadar (subconcious). Dan hal ini menjadi semakin menarik
karena ternyata banyak dari hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan kita
dikarenakan sudut pandang baik dan buruk tentang uang.
Nah, ketika saya menyebut kata tersebut, apa yang kemudian ada di dalam pikiran
anda? Jawabannya tentu berbeda-beda tergantung persepsi dari setiap orang yang
berbeda. Banyak orang yang berpikiran tentang uang adalah mau kaya, senang,
bahagia, bisa beli apapun yang diinginkan, dan lain-lain.
Tapi tidak sedikit juga orang yang berpikir bahwa uang itu sumber bencana,
perpecahan keluarga, bikin repot, tabu dan hal negatif lainnya yang berhubungan
dengan uang.
Seperti banyak hal lainnya, selalu ada 2 sisi mata uang dalam hal menilai
sesuatu, termasuk masalah uang ini. Kembali yang paling penting adalah
bagaimana kita melihat uang itu untuk menjadikan hal yang positif di dalam
kehidupan kita dan berguna bagi orang lain. Pengalaman-pengalaman masa lalu lah
yang kemudian membentuk persepsi kita tentang uang.
Sebagai contoh, apabila kita di waktu kecil anda sering melihat orang
tua kita ribut membicarakan masalah uang, maka bisa jadi terbentuk persepsi
bahwa uang itu adalah hal yang jahat dan membuat orang ribut. Sehingga memiliki
uang bukanlah suatu hal yang baik bagi diri anda.
Atau berapa banyak dari kita yang ketika kecil tidak diberikan uang jajan atau
diberi uang jajan harian tanpa diberikan arahan bagaimana cara
mempergunakannya. Persepsi dan mental yang kemudian dapat terbentuk adalah,
anda bisa menggunakan dan menghabiskan uang tersebut setelah diberi, karena
besok akan ada uang jajan lagi untuk dihabiskan.
Itulah sebabnya tidak heran kalau kemudian banyak dari masyarakat Indonesia
yang masuk ke dalam kategori konsumtif. Memang tidak semua orang akan mendapatkan
dampak yang sama, akan tetapi risiko hal tersebut terjadi bisa saja di diri
kita atau di diri orang-orang yang kita sayangi.
Itulah pentingnya untuk mulai belajar tentang keuangan sedini mungkin baik
secara sadar (concious) maupun melalui alam bawah sadar (subconcious) agar kita
mempunyai persepsi yang positif dan produktif dengan kehidupan dan keuangan
kita di masa sekarang dan masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar